Archive for the ‘mistik’ Category

Menjadi Difabel (1)

Beberapa hari yang lalu, tepatnya setelah sebulan menjalankan ibadah puasa, idul fitri, beberapa saat kemudian entah karena apa, kondisi badan terus menurun hingga titik yang sangat rendah. Kemudian pada suatu saat kembali dari rumah sahabat di Gunungkelir kaki serasa tak bisa digerakkan bahkan ketika berdiri pun harus di tarik untuk bisa melangkah, seakan tiada lagi koneksitas antara otak dengan organ kaki maupun tangan. Bermotor sendiri, dengan kondisi jalan yang licin dan curam apalagi ditambah dengan tanah yang maksudnya untuk membantu para pemudik dan kelancaran silaturahmi saat hari raya, karena hujan yang terus menerus malah menjadi basah dan menjadikan semakin licin saja. Baca lebih lanjut

huh.. wuahaha…

Bukan harus dilakukan dengan cermat namun segala kesalahan maupun bentuk perbuatan masa lampau adalah juga perbuatan saat ini bahkan yang akan datang, semuanya dirangkum dalam satu dimensi yaitu waktu. tanpa batas kecuali hanya untuk memudahkan penandaan semata, esok sekarang dan kemarin, pada hakikatnya adalah satu, sekarang dan saat ini.

Betapapun itu sulit dipahami, memang begitulah adanya tak ada yang bisa dipisahkan saat ini, masa depan dan masa lalu. semua tergores dalam barisan yang selalu sama, tanpa tepi. Bukankah hanya orang yang pengin mengambil keuntungan akan adanya suatu masa tertentu, mereka ingkar dengan mengkotak-kotakannya, sehingga meratalah kebodohan demi kebodohan karena kotak-kotak yang membedakannya, dibatasi dan di beri label dengan seenak wudele dewe. Baca lebih lanjut

Mencari firqah yang benar….

Oleh: H.Nadri Saaduddin *)

Salah seorang kawan akrab saya semasa kecil di kampung dulu dan karena kebetulan dia lebih tua beberapa tahun dari saya , sejak dari dulu sampai kini saya tetap memanggilnya dengan sebutan “Uda ”, suatu panggilan keakraban bagi seseorang yang lebih tua dikampung kami. Uda saya ini juga seorang KH alias Kiai Haji yang dikota kami ini disebut dengan Buya dan kebetulan juga mengasuh sebuah pesantren tradisional terkenal dikota kami ini . Dalam suatu kesempatan, dalam bulan Ramadhan tahun yang lalu ini , ketika berjumpa dengan saya disebuah masjid dikampung kami Talangmaur, ketika sedang duduk selesai shalat Ashar beliau mengajukan pertanyaan kepada saya, tentang kelompok Islam yang oleh Rasulullah SAW dibangsakan kepada “illla waahidatan” , salah satu golongan yang dikecualikan dari neraka , diantara 73 golongan umat Rasulullah SAW, yang ada sebagai yang disebutkan oleh Hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi itu.
Beliau bertanya demikian, terus terang katanya , karena masing-masing pihak dan firqah dalam Islam diantara 72 golongan itu semuanya mengaku pihak merekalah yang benar, pada hal menurut Rasulullah SAW yang benar itu hanya satu golongan saja. Kepada beliau, saya balik bertanya , agar beliau sudilah kiranya menerangkan lebih dahulu siapakah mereka yang disebut umat Rasulullah SAW itu. Hal ini adalah sangat penting, untuk menyamakan persepsi dan batasan sebelum kita menentukan golongan mana yang benar diantara mereka. Menjawab pertanyaan saya ini, kemudian Uda saya ini lalu memberikan batasan, siapa yang disebut dengan umat Rasulullah SAW itu.
Menurut Uda saya yang juga berproffesi sebagai muballigh jemputan itu , yang dikatakan umat Rasulullah SAW adalah mereka yang bersyahadat “an laa ilaaha illallaahu, waasyhadu anna muhammadan rasululullah, wa iqaamish sahalaati, wa iitaaizzakaati, walhajji, washaumi ramadaana”. Umat Islam menurut beliau adalah mereka yang bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah dan yang bersaksi bahwa Muhammad adalah rasul-Nya dan yang mendirikan shalat lima waktu, dan yang membayarkan zakat dan yang menunaikan ibadat Hajji dan yang berpuasa dibulan Ramadhan.
Ketika saya tanyakan , siapa yang mengemukan batasan seperti itu, dengan cepat dan tangkas beliau menjawab bahwa batasan yang diketengahkannya itu adalah menurut Rasulullah SAW. “Baiklah , apakah menurut pengamatan Uda , semua kelompok yang ada sekarang mengaku sebagai umat Rasulullah SAW dan perkelompoknya masih bersyahadat, masih mendirikan shalat lima waktu, masih berzakat , masih berhaji dan masih berpuasa dibulan Ramadhan?”, saya balik bertanya lagi.
Kawan saya ini dengan mantap menjawab:”Bahkan mereka perkelompoknya masih tetap menjalankan itu semua”. Saya kembali menyambung, “Nah kalau semua kelompok itu masih menjalankan itu semua, lalu dimana letak kesalahan yang tujuh puluh dua golongan itu dan dimana letak betulnya yang satu golongan yang dikecualikan itu?”. Sambil menatap saya tanpa berkedip,beliau berkata: “Wallahu ‘aklamu”,……Hanya Allah lah yang mengetahui. Dan inilah yang akan saya diskusikan dengan “angku”….., beliau menggeleng-gelengkan kepalanya sembari merentangkan kedua tangannya keatas…
Baca lebih lanjut

Terbagi dalam 73 Golongan, Siapa yang Sesat?

Pertanyaan: 

Di daerah kami ada warga yang mengikuti suatu pengajian. Mereka sering menyesatkan kelompok-kelompok lain yang tidak sepaham dengan mereka. Digunakanlah hadis tentang 73 golongan. Mohon penjelasannya.

Danang, Bantul

Jawaban :

Beberapa aliran/golongan muslim, yang melalui kepercayaan yang fanatik dan membuta, menilai/mempercayai bahwa aliran/golongan lain sebagai kaum Khawarij atau menyeru dan menganggap mereka sebagai Takfir (keluar dari jalan Islam/kafir), bahkan pada aliran lain yang mempunyai hanya ‘secuil’ saja perbedaan dari faham aliran mereka. Pembenaran yang mereka gunakan terkadang sama sekali tidak berdasar, dan dinyatakan secara membuta. Dan terkadang terbukti sama sekali tidak benar. Ada juga yang mendasarkan tuduhan tersebut dengan hadits Nabi saw bahwa ummat Islam ini akan terbagi kedalam 73 golongan.

Rasulullah saw bersabda:
“Kaum (umat) Yahudi akan terpecah diantara mereka menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan, dan kaum (umat) Nasrani akan terpecah diantara mereka menjadi tujuh puluh satu atau tujuh puluh dua golongan. Dan umatku akan terpecah diantara mereka menjadi tujuh puluh tiga golongan” (Abu Daud, at-Tarmizi, al-Hakim, dan Ahmad adalah beberapa orang diantaranya yang merawikan hadits ini.)

Baca lebih lanjut